Selasa, 02 Desember 2025

2. Majapahit Menyusun Siasat, Ke Bali Membawa Surat, Tipu Daya Majapahit.

 

Gajah Mada, Sumber Internet.

Kerajaan Majapahit
Tribhuwana Wijayatunggadewi atau Sri Gitarja (1328-1350) adalah raja ke-3 kerajaan Majapahit. Beliau seorang ratu perempuan pertama yang memimpin Majapahit dan dikenal karena keberaniannya. Selama masa pemerintahan Tribhuwana, Majapahit melakukan banyak ekspansi ke wilayah Nusantara dibantu oleh Gajah Mada.
Pada tahun 1336 M. Gadjah Mada mengucapkan Sumpah Palapa di hadapan Tribhuwana, isi sumpah tersebut berbunyi :

Sira Gajah Mada patih amangkubhumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada :

“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya:

[Akhirnya] Gajah Mada menjadi patih mangkubumi, [tetapi] tidak ingin amukti palapa. Gajah Mada [bersumpah],

"Jika sudah takluk Nusantara, [maka] aku amukti palapa (aku akan menikmati istirahat). Jika [sudah] takluk Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku amukti palapa (menikmati istirahat)".

Konon, di mata Majapahit khususnya Patih Gajah Mada, Kerajaan Bali Aga bagai kerikil dalam sepatu yang membuat ambisi menyatukan Nusantara berlangsung tidak nyaman dan mulus. Kerajaan Bali salah satu daerah di Nusantara yang sulit ditundukkan Kerajaan Majapahit.
Patih Gajah Mada merasakan adanya kesulitan besar yang menghantui dirinya dan belum pernah dirasakan sebelumnya saat ia menaklukkan sejumlah kerajaan di Nusantara, merasa enteng saat berhadapan dengan musuh yang lebih besar, lebih kuat dan memiliki peralatan perang serba lengkap.
Gajah Mada merasakan semasih ada Patih Kebo Iwa, maka penaklukan kerajaan Bali Aga akan sangat sulit, Gajah Mada ada rasa takut berhadap langsung dengan Kebo Iwa. Namun, karena Patih Gajah Mada sudah pernah mengucapkan sumpah Palapa penaklukan kepada kerajaan Bali Aga harus dilakukan, apa pun tantangannya.

Majapahit Menyusun Siasat
Konon, suatu hari semua pembesar Kerajaan Majapahit melakukan rapat membahas penaklukan Kerajaan Bali Aga. Gajah Mada yang ikut dalam pertemuan tersebut menyampaikan informasi terkait kehebatan Kerajaan Bali Aga, dan kesaktian patih Kebo Iwa, pentolan punggawa Kerajaan Bali Aga. Gajah Mada menyampaikan bahwa selama Kebo Iwa masih di Bali, Majapahit akan kesulitan menaklukkan Kerajaan Bali Aga secara terbuka. Maka diputuskan dalam rapat bahwa untuk menaklukkan Bali Aga, Kebo Iwa harus keluar dari Bali dan menghilangkan nyawanya. Ratu Majapahit Putri Tribhuwana Wijayatunggadewi lalu bersiasat dengan mengirimkan surat kepada raja Bali Aga yang isinya seolah-olah Ratu Majapahit menginginkan persahabatan dengan Raja Bali Aga. Yang akan membawa surat tersebut adalah Gajah Mada dan rombongan terbatas. Kedatangan mereka juga strategi untuk memata-matai kekuatan prajurit Kerajaan Bali Aga.

Gajah Mada Berkunjung Ke Bali
Gajah Mada bersama rombongan kecilnya berangkat menggunakan perahu layar, naik dari Pelabuhan Pantai Bubat, menjelajahi Pantai Kerajaan Pejarakan, menuju Bali mendarat di pantai Segara Rupek Gilimanuk, terus ke Telukan Bawang, merabas tegalan di Desa Gerabong (Pulaki), serta Pengastulan. Kemudian naik perahu terus menuju Tianyar dan Samprangan. (Babad Bara Batu, Blahbatuh, Gianyar).

Saat perahu mereka berlabuh, tersiarlah kabar hingga ke telinga Ki Pasung Grigis - Mangku Bumi Kerajaan Bali Aga yang tinggal di Tengkulak. Ia pun langsung mempersiapkan diri dan anak buahnya untuk berperang. Apalagi Ki Pasung Grigis juga sering mendengar kemasyuran nama Patih Gajah Mada di Majapahit.

Tetapi saat bertemu dengan Gajah Mada dan rombongannya, Gajah Mada mengutarakan sembah ampun kepadanya,
"Maafkan atas kedatangan hamba tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Hamba adalah utusan Kerajaan Majapahit bernama Patih Gajah Mada. Kedatangan Hamba atas kehendak Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Raja Bali Aga ," ucap Gajah Mada.

Mendengar penjelasan Patih Gajah Mada, Ki Pasung Grigis meyakini, bahwa kedatangan Gajah Mada ke Bali tidak bermaksud buruk. Apalagi Gajah Mada tidak membawa perlengkapan perang sebagaimana lazimnya angkatan perang. Ki Pasung Grigis menyambut tamunya dengan sopan.
Baik Patih Mada (Gajah Mada), kami antar menghadap Sri Baginda Raja.Tetapi alangkah baik jika Patih Mada beserta rombongan beristirahat sejenak,” balas Ki Pasung Grigis.

Selanjutnya, kedua rombongan menuju ke kediaman Kebo Iwa. Ki Pasung Grigis langsung menghadap raja, melaporkan perihal kedatangan Gajah Mada kepada Raja Bali Aga.
Setelah raja mendengar penjelasan Ki Pasung Grigis secara rinci, maka Raja memerintahkan Ki Pasung Grigis untuk mengantar tamunya ke Badhahulu - pusat pemerintahan Kerajaan Bali Aga.

Berangkatlah Ki Pasung Grigis untuk membawa rombongan Gajah Mada menghadap Raja Sri Ratna Bumi Banten. Setibanya di hadapan raja, seluruh rombongan Patih Gajah Mada menunduk. Mereka berjalan membungkuk, tanda hormat. Melihat itu, maka Raja Bali pun menghormatinya. Gajah Mada dipanggil untuk mendekat.
Hai Patih Mada (Gajah Mada) kemarilah mendekatiku, berita apa yang kau bawa untukku. Ceritakanlah jangan kamu merasa sungkan", perintah Rajah Bali Aga.
Patih Gajah Mada pun menghaturkan sembah kepada Sri Baginda Raja Bali.
Ampun Paduka Tuanku, hamba datang diutus oleh Paduka Tuanku Putri Ratu Majapahit untuk menghadap tuanku raja, mempersembahkan sepucuk surat. Hamba mohon ampun jikalau hamba membuat kekeliruan dalam tatacara menghadap Sri Baginda Raja Agung. Inilah surat dia mohon Paduka Raja menerimanya,” kata Gajah Mada merendah.

Raja pun menerima surat tersebut dan membaca isinya. Isi surat tersebut konon ada tiga poin penting yaitu :

  1. Pertama, Majapahit memohon agar Kerajaan Bali tidak menyerang kerajaan Majapahit.
  2. Kedua, Majapahit mewajibkan hubungan yang dahulu dipertahankan sebagai hubungan persaudaraan.
  3. Ketiga, Majapahit mohon kesediaannya agar Kebo Iwa diperkenankan untuk pergi ke Jawa akan dinikahkan dengan seorang putri yang kecantikannya sudah terkenal di tanah Jawa.

Membaca isi surat itu, maka tak ada prasangka baruk, Raja Bali Aga pun menerima semua permintaan dari kerajaan Majapahit. Saat itu semua bergembira mengetahui isi surat tersebut. Untuk merayakan kegembiraan itu, Raja Bali Aga mengadakan pesta penyambutan sebagai penghormatan terhadap Gajah Mada dan rombongannya. Dalam kesempatan tersebut Raja memerintahkan Kebo Iwa ke Majapahit menerima hadiah.***



Bersambung :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar