Situasi Dunia ditinjau dari teori Catur Yuga menurut Agama Hindu
Agama Hindu mengenal adanya empat zaman yang disebut dengan 'Catur Yuga'. Catur Yuga adalah konsep dalam agama Hindu yang menggambarkan siklus empat zaman atau periode dalam kehidupan manusia. Kata "Catur" berarti "empat" dalam bahasa Sanskerta, sedangkan "Yuga" berarti "zaman" atau "periode", yakni Satyayuga atau Kertayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga.
Siklus perkembangan zaman yang terjadi di muka bumi dari Kerta Yuga sampai Kali Yuga, berlangsung selama 12.000 th dewa. Satu tahun Dewa = 360 tahun manusia. 12.000 th Dewa = 4.320.000 th manusia, ini disebut dengan Maha Yuga; 1.000 Mahayuga = 1 hari Brahman. (Pancaran Bhagawata jilid II, hal 66).).
Kerta Yuga
Zaman Kerta yuga ibarat lembu yang berdiri dengan empat kaki (moralitas sepenuhnya), kaki-kaki Dharma yaitu : Sathya (Kebenaran), Prema (Belas Kasih), Tapa (Pengendalian Diri, dan Dana (Amal, sedekah).
Pada zaman Kerta adalah masa yang penuh kedamaian. Tidak ada manusia yang berbuat adharma walaupun hanya dalam pikiran. Manusia pada masa ini selalu mematuhi ajaran-ajaran kebenaran dan tiada pernah menyakiti makhluk lain, baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Advestha Sarva Bhutaman). Masa Kertayuga berlangsung selama 4800 th dewa, = 1.728.000 th manusia. 1 th dewa = 360 th manusia. Usia manusia pada zaman Kerta yuga rata-rata 400 th. Pada masa Kerta Yuga, hal - hal yang paling utama yaitu Dhyana (bermeditasi atau mengheningkan pikiran). Hal ini berarti, bermeditasi dan memusatkan pikiran kepada Tuhan sebagai hal yang utama. Orang - orang yang melakukan meditasi dan memusatkan pikiran akan mendapatkan penghormatan dari orang lain.
Treta Yuga
Zaman Treta Yuga seperti lembu yang berdiri dengan tiga kaki. Pada masa ini sdh mulai terjadi kemerosotan moral manusia, kebenaran dilaksanakan 75%. Pikiran manusia mulai tercemar. Pada masa Treta Yuga, Sadana spiritual yang paling utama yaitu Yajna (ritual keagamaan). Siapapun yang mengadakan ritual, baik itu orang kaya maupun miskin akan mendapatkan penghormatan dan mendapatkan keistimewaan.
Masa Treta Yuga berlangsung selama 3.600 th dewa = 1.296.000 th manusia. Usia manusia pada zaman Treta yuga rata-rata 300 th.
Dwapara Yuga
Dwaparayuga seperti lembu dengan dua kaki. Pada masa Dwaparayuga, dharma hanya berdiri dg 2 kaki. Moral manusia sdh merosot setengahnya. Antara kebajikan dan kejahatan secara kwantitatif seimbang 50%. Kelicikan dan kebohongan mulai terlihat. Zaman Dwaparayuga berlangsung 2.400 th dewa = 864.000 th manusia. Sadana spiritual pada zaman Dwapara Yuga adalah Sujud pada Kaki Padma Usia manusia pada zaman ini rata-rata 200 th. Pada saat perang Kuru Ksetra usia kakek Bisma sekitar 125 th, Krisna 76 th, Arjuna 74 th. Kalau zaman skrang org yg berumur 125 th sdh tergeletak di tempat tidur, tdk berdaya, namun Kakek Bisa diusia 125 th masih mampu berperang dg gagah berani sehat walafiat.
Kali Yuga
Kali Yuga Dharma hanya dengan dengan satu kaki, disebut juga zaman kehancuran. Kaliyuga berlangsung 1.200 th dewa = 432.000 th manusia. Sadana spiritual pada zaman Kali Yuga adalah dengan menyanyikan Nama-Nama Suci Tuhan (Namasmaranam) atau Bhajan. Usia manusia pada zaman kali rata-rata 100 th, bahkan skrang sdh banyak dibawah 100 th.
Pada zaman kali ini, moralitas tidak bisa berdiri lagi dengan seimbang, murid - murid berani melawan gurunya, banyak anak mulai membantah perkataan orang tua. Banyak manusia yang mencari nafkah dengan tidak jujur, korupsi merajalela, org2 tidak malu-malu lagi berbuat dosa, antara yg diucapkan dengan yg dikerjakan tdk sesuai alias bohong, serta banyak lagi kepalsuan, dan tindak kekerasan. Di kota - kota besar panti pijat dan sarang pelacuran menjadi hiburan tersendiri bagi lelaki hudang belang. Wanita - wanita dengan pakaian mini dipajang dalam ruangan kaca (bagaikan aquarium) siap dibocking oleh lelaki hidung belang. Begitu jatuhnya moral manusia. Pada masa Kali Yuga hal - hal yang paling utama yaitu uang. Asalkan orang-orang memiliki uang maka akan mendapatkan penghormatan dan berkuasa. Uang mampu membeli hukum dan jabatan. Orang-orang dengan kekuasaan mulai bersikap semena-mena. Budi pekerti tidak lagi dihiraukan, malah orang yang jujur kadang2 akan menjadi bahan ejekan.
Seorang pujangga besar Ranggawarsita mengatakan zaman kali ini dengan istilah zaman edan dalam Serat Kalatida, yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom. Salah satu bait ke 7 yang paling terkenal adalah sbb :
"amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni, boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada."
Terjemahannya :
(menyaksikan zaman gila, serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila), tidak akan mendapat bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia - bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada).
Itulah sebabnya perlu “DISUMPAH” setiap pengangkatan pejabat, sidang pengadilan, pengangkatan ASN dll utk meyakinkan bahwa akan bersikap jujur, memberi kesaksian yg jujur. Tapi apakah dengan disumpah akan betul2 memberikan etos kerja yang baik, integritas tinggi, serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela? Tergantung orangnya. Sangsi bagi yg melanggar sumpah disebutkan sbb :
"Ih kita sang mahupesaksi anyaksi raga yan tuhu cor ketiba, matemahan mertha, adirgayusa aweta urip, yan" angawe-awe atur tan tuhu, angadu-ada, nyalah bikas, ala pelaksanannia, marep sekeluiring sumpah jabatan, cor katiba matemahan wisia, sinapa den nira Sanghyang Hari Cendani asti ye bhiru pati, kadi lara katemu denta, tan kasupat den nira Pandita, teke siddhimandi, kedep rumusup sabdania Sanghyang Trimurti, Sang Panca Pandita, mrtyu petaka neraka, duka, dursila, papa"
Artinya :
(Wahai kamu yang bersaksi kepada dirimu sendiri, bila benar-benar bersumpah palsu, berbohong, bersikap salah, melanggar sumpah jabatan, kutukan sumpah palsu dikenakan oleh tiga wujud Hyang Widhi dan para Rsi, maut akan mengantarkan kamu ke neraka, didahului oleh kesengsaraan, duka nestapa karena kelakuan jahatmu).
Tidak seorangpun bisa menghindarkan diri dari pengaruh zaman kali atau zaman edan secara total, ibarat orang bekerja di bengkel, tangan pasti kotor kalau menyelesaikan pekerjaan, ini adalah wajar kalau kotornya sedikit. Namun akan tidak masuk akal kalau sampai seluruh tubuh bahkan sampai ke rambut kuga kotor berlepotan dengan oli. Apapun yang kita lakukan, baik-buruk akan kembali kepada kita. Oleh karena itu perbanyaklah berbuat baik/darma yang akan mengantarkan menuju sorga.
Kesempatan menjelma sebagai manusia sangat sulit diperoleh, ini memerlukan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kali reinkarnasi, sehingga kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik dengan merealisasikan ajaran Dharma (Dharma sadhana) seperti yang disebutkan dalam Sarascamuccaya sloka 4 dan 14, sebagai berikut :
"Apang iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang cubhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika”. (Sarasamuccaya, 4).
Artinya :
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh utama; karena dapat menolong dirinya dari keadaan samsara (menjelma berulang kali), dengan jalan berbuat baik, demikian keuntungan menjelma sebagai manusia (Kajeng, 2001 : 6).
“Ikang dharma ngaranya, hanuning mara ring swargan ika, kadi gatening perahu, an henuning banyage nentasing tasik”. (Sarasamuccaya, 14).
Terjemahan :
Yang disebut dharma, adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga; sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi orang dagang mengarungi lautan (Kajeng, 2001 : 11).
Periode dari Satya Yuga hingga Kali Yuga dikenal sebagai satu Mahayuga yg lamanya 12.000 tahun dewa = 4.320.000 tahun manusia. Setelah Mahayuga maka terjadi suatu periode yang disebut Manwantara. Setelah Manwantara, maka tercapailah suatu periode yang disebut Kalpa. Satu Kalpa = 1.000 Mahayuga = 1 hari Brahman. Jadi 1 hari Brahman = 4.320.000.000 tahun manusia.
Menurut ajaran Hindu, pada saat usia alam mencapai 1 hari Brahman ( + 4,32 Milyard th manusia) alam semesta dihancurkan dan dimulai kembali dari awal zaman (kehidupan baru).
Sekarang umur dunia baru mencapai : 456 Mahayuga + 10.800 tahun para dewa + 5.121 tahun manusia = 1.973.813.121 tahun manusia. Berarti masih lama pralaya.***
Baca juga : Masuknya Agama Hindu ke Bali
Daftar pustaka :
- Baba, Bhagawan Sri Sathya Sai. 1993. Pancaran Dharma (Dharma Vahini), wejangan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, disunting oleh Dra. Retno S. Buntoro. Jakarta : Yayasan Shri Sathya Sai Indonesia.
- Baba, Bhagawan Sri Sathya Sai. 1993. Pancaran Bhagawata, jilid II wejangan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, alih Bahasa Dra. Retno S. Buntoro. Jakarta : Yayasan Shri Sathya Sai Indonesia.
- Drucker, A. 1991. Intisari Bhagawadgita, wejangan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, alih Bahasa Drs. I Wayan Sadia. Jakarta : Yayasan Shri Sathya Sai Indonesia.
- Jendra, I Wayan. 1991. Kidung Suci (Bhajan), Ungkapan Bahasa Bakti yang paling efektif dan Komunikatif pada Zaman Kali. Denpasar : Sai Study Group Bali.
- Jendra, I Wayan. 1996. Variasi Bahasa, Kedudukan dan Peran Bhagawan Shri Sathya Sai Baba, dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
- Kajeng, I Nyoman dkk. 2001. Sarasamuccaya. Pemerintah Propinsi Bali.
- Pendit, Nyoman S. 2002. Bhagawadgita. Jakarta : PT. Gramedia.
----------






