Jumat, 21 Maret 2025

CATUR YUGA DALAM HINDU

Situasi Dunia ditinjau dari teori Catur Yuga menurut Agama Hindu

Foto hanya Ilustrasi, Sumber Internet.


Agama Hindu mengenal adanya empat zaman yang disebut dengan 'Catur Yuga'. Catur Yuga adalah konsep dalam agama Hindu yang menggambarkan siklus empat zaman atau periode dalam kehidupan manusia. Kata "Catur" berarti "empat" dalam bahasa Sanskerta, sedangkan "Yuga" berarti "zaman" atau "periode", yakni Satyayuga atau Kertayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga.

Siklus perkembangan zaman yang terjadi di muka bumi Kerta Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga dan Kali Yuga, keempatnya ini berlangsung selama 12.000 th dewa atau sama dengan  4.320.000 th manusia, ini disebut dengan Maha Yuga; 1.000 Mahayuga sama dengan 1 hari Brahman. (Pancaran Bhagawata jilid II, hal 66).

Foto hanya Ilustrasi, Sumber Internet


Kerta Yuga
Zaman Kerta yuga ibarat lembu yang berdiri dengan empat kaki (moralitas sepenuhnya), kaki-kaki Dharma yaitu : Sathya (Kebenaran), Prema (Belas Kasih), Tapa (Pengendalian Diri, dan Dana (Amal, sedekah).
Pada zaman Kerta adalah masa yang penuh kedamaian. Tidak ada manusia yang berbuat adharma walaupun hanya dalam pikiran. Manusia pada masa ini selalu mematuhi ajaran-ajaran kebenaran dan tiada pernah menyakiti makhluk lain, baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Advestha Sarva Bhutaman). Masa Kertayuga berlangsung selama 4000 th dewa, hal ini ditambahkan lagi masa transisi 800 th dewa, sehingga total masa Kerta Yuga 4.800 th dewa atau 1.728.000 th manusia, (1 th dewa sama dg 360 th manusia). Usia manusia pada zaman Kerta yuga rata-rata 400 th. Pada masa Kerta Yuga, hal - hal yang paling utama yaitu Dhyana (bermeditasi atau mengheningkan pikiran). Hal ini berarti, bermeditasi dan memusatkan pikiran kepada Tuhan sebagai hal yang utama. Orang - orang yang melakukan meditasi dan memusatkan pikiran akan mendapatkan penghormatan dari orang lain.


Treta Yuga
Zaman Treta Yuga seperti lembu yang berdiri dengan tiga kaki. Pada masa ini sdh mulai terjadi kemerosotan moral manusia. Pikiran manusia mulai tercemar. Pada masa Treta Yuga, Sadana spiritual yang paling utama yaitu Yajna (ritual keagamaan). Siapapun yang mengadakan ritual, baik itu orang kaya maupun miskin akan mendapatkan penghormatan dan mendapatkan keistimewaan.

Masa Treta Yuga berlangsung selama
3.000 th dewa hal ini ditambahkan lagi masa transisi 600 th dewa, sehingga total masa Treta Yuga 3.600 th dewa atau 1.296.000 th manusia. Usia manusia pada zaman Treta yuga rata-rata 300 th.


Dwapara Yuga
Dwaparayuga seperti lembu dengan dua kaki. Pada masa Dwaparayuga, dharma hanya berdiri dg 2 kaki. Moral manusia sdh merosot setengahnya. Antara kebajikan dan kejahatan secara kwantitatif seimbang 50%. Kelicikan dan kebohongan mulai terlihat. Zaman Dwaparayuga berlangsung 2.000 th dewa, hal ini ditambahkan lagi masa transisi 400 th dewa, sehingga total masa Dwapara Yuga 2.400 th dewa atau sm dg 864.000 th manusia. Sadana spiritual pada zaman Dwapara Yuga adalah Sujud pada Kaki Padma.
Usia manusia pada zaman ini rata-rata 200 th. Pada saat perang Kuru Ksetra usia kakek Bisma sekitar 125 th, Krisna 76 th, Arjuna 74 th. Kalau zaman skrang org yg berumur 125 th sdh tergeletak di tempat tidur, tdk berdaya, namun Kakek Bisa diusia 125 th masih mampu berperang dg gagah berani sehat walafiat.


Kali Yuga
Kali Yuga Dharma hanya dengan dengan satu kaki, disebut juga zaman kehancuran. Kaliyuga berlangsung 1.000 th dewa, hal ini ditambahkan lagi masa transisi 200 th dewa, sehingga total masa Kali Yuga 1.200 th dewa atau sama dengan 432.000 th manusia. Sadana spiritual pada zaman Kali Yuga adalah dengan menyanyikan Nama-Nama Suci Tuhan (Namasmaranam) atau Bhajan.
Usia manusia pada zaman kali rata-rata 100 th, bahkan skrang sdh  banyak dibawah 100 th.
Pada zaman kali ini, moralitas tidak bisa berdiri lagi dengan seimbang, murid - murid berani melawan gurunya, banyak anak mulai membantah perkataan orang tua. Banyak manusia yang mencari nafkah dengan tidak jujur, korupsi merajalela, org2 tidak malu-malu lagi berbuat dosa, antara yg diucapkan dengan yg dikerjakan tdk sesuai alias  bohong, serta banyak lagi kepalsuan, dan tindak kekerasan. Di kota - kota besar panti pijat dan sarang pelacuran menjadi hiburan tersendiri bagi lelaki hudang belang. Wanita - wanita dengan pakaian mini dipajang dalam ruangan kaca (bagaikan aquarium) siap dibocking oleh lelaki hidung belang. Begitu jatuhnya moral manusia. Pada masa Kali Yuga hal - hal yang paling utama yaitu uang. Asalkan orang-orang memiliki uang maka akan mendapatkan penghormatan dan berkuasa. Uang mampu membeli hukum dan jabatan. Orang-orang dengan kekuasaan mulai bersikap semena-mena. Budi pekerti tidak lagi dihiraukan, malah orang yang jujur kadang2 akan menjadi bahan ejekan.

Seorang pujangga besar Ranggawarsita mengatakan zaman kali ini dengan istilah zaman edan dalam Serat Kalatida, yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom. Salah satu bait ke 7 yang paling terkenal adalah sbb :

"amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni, boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada."

Terjemahannya :

(menyaksikan zaman gila, serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila), tidak akan mendapat bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia - bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada).

Itulah sebabnya perlu “DISUMPAH” setiap pengangkatan pejabat, sidang pengadilan, pengangkatan ASN dll utk meyakinkan bahwa akan bersikap jujur, memberi kesaksian yg jujur. Tapi apakah dengan disumpah akan betul2 memberikan etos kerja yang baik, integritas tinggi, serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela? Tergantung orangnya. Sangsi bagi yg melanggar sumpah disebutkan sbb :

"Ih kita sang mahupesaksi anyaksi raga yan tuhu cor ketiba, matemahan mertha, adirgayusa aweta urip, yan" angawe-awe atur tan tuhu, angadu-ada, nyalah bikas, ala pelaksanannia, marep sekeluiring sumpah jabatan, cor katiba matemahan wisia, sinapa den nira Sanghyang Hari Cendani asti ye bhiru pati, kadi lara katemu denta, tan kasupat den nira Pandita, teke siddhimandi, kedep rumusup sabdania Sanghyang Trimurti, Sang Panca Pandita, mrtyu petaka neraka, duka, dursila, papa"

Artinya :

(Wahai kamu yang bersaksi kepada dirimu sendiri, bila benar-benar bersumpah palsu, berbohong, bersikap salah, melanggar sumpah jabatan, kutukan sumpah palsu dikenakan oleh tiga wujud Hyang Widhi dan para Rsi, maut akan mengantarkan kamu ke neraka, didahului oleh kesengsaran, duka nestapa karena kelakuan jahatmu).

Kesempatan menjelma sebagai manusia sangat sulit diperoleh, ini memerlukan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kali reinkarnasi, sehingga kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik dengan merealisasikan ajaran Dharma (Dharmasadhana) seperti yang disebutkan dalam Sarascamuccaya sloka 4 dan 14, sebagai berikut :

"Apang iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang cubhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika”. (Sarasamuccaya, 4).

Terjemahan :

Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh utama; karena dapat menolong dirinya dari keadaan  samsara (menjelma berulang kali), dengan jalan berbuat baik, demikian keuntungan menjelma sebagai manusia (Kajeng, 2001 : 6).

“Ikang dharma ngaranya, hanuning mara ring swargan ika, kadi gatening perahu, an henuning banyage nentasing tasik”. (Sarasamuccaya, 14).

Terjemahan :

Yang disebut dharma, adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga; sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi orang dagang mengarungi lautan (Kajeng, 2001 : 11).

Tidak seorangpun bisa menghindarkan diri dari pengaruh zaman kali atau zaman edan secara total, minimal tahu dan sadar bahwa kita ibarat orang tenggelam jangan sampai kepalanya juga tenggelam sehingga buta sama sekali.
Seperti yg disebutkan diatas kalau tdk ikut gila akan tdk dpt bagian, ibarat mencelup ke air yg kotor jangan sampai kepala jg kotor, cukup telapak kaki saja yang kotor.


Periode dari Satya Yuga hingga Kali Yuga dikenal sebagai satu Mahayuga yg lamanya 4.320.000 tahun manusia. Setelah Mahayuga maka terjadi suatu periode yang disebut Manwantara. Setelah Manwantara, maka tercapailah suatu periode yang disebut Kalpa. Kalpa adalah hari Brahma. Satu Kalpa = 1 hari Brahma yang berlangsung selama 1.000 Mahayuga (Catur Yuga).
Menurut ajaran Hindu, pada saat mencapai periode tersebut, alam semesta dihancurkan dan dimulai kembali dari awal zaman.

Foto hanya Ilustrasi Sumber Internet


Daftar pustaka :


  1. ‌Baba, Bhagawan Sri Sathya Sai. 1993. Pancaran Dharma (Dharma Vahini), wejangan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, disunting oleh Dra. Retno S. Buntoro. Jakarta : Yayasan Shri Sathya Sai Indonesia.
  2. Baba, Bhagawan Sri Sathya Sai. 1993. Pancaran Bhagawata, jilid II wejangan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, alih Bahasa Dra. Retno S. Buntoro. Jakarta : Yayasan Shri Sathya Sai Indonesia.
  3. Drucker, A. 1991. Intisari Bhagawadgita, wejangan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, alih Bahasa Drs. I Wayan Sadia. Jakarta : Yayasan Shri Sathya Sai Indonesia.
  4. Jendra, I Wayan. 1991.  Kidung Suci  (Bhajan), Ungkapan Bahasa Bakti yang paling efektif dan Komunikatif pada Zaman Kali. Denpasar : Sai Study Group Bali.
  5. Jendra, I Wayan. 1996. Variasi Bahasa, Kedudukan dan Peran Bhagawan Shri Sathya Sai Baba,  dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
  6. Kajeng, I Nyoman dkk. 2001. Sarasamuccaya. Pemerintah Propinsi Bali.
  7. Pendit,  Nyoman S. 2002. Bhagawadgita. Jakarta : PT. Gramedia.

----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar