Gambar Dewi Gayatri, Sumber : Internet.
Viswamitra adalah seorang maharaja, suatu hari Beliau bersama tentaranya berburu di hutan Himalaya. Setelah lama berburu, Beliau dan tentaranya merasa lapar. Di dalam hutan Beliau menemukan sebuah pertapaan Brahmarsi Vasistha. (Brahmarsi adalah orang suci yang sudah memiliki kesadaran kosmis).
Maharaja Viswamitra menyampaikan kepada Brahmarsi Vasistha bahwa, beliau dan tentaranya lapar memerlukan makanan dan istirahat. Rsi Vasistha segera memanggil Kamandhanu (sapi nan berlimpah), dan meminta kepada sapi tersebut untuk menyediakan makanan untuk seluruh prajurit dan Raja. Kamandhanu segera menghasilkan seluruh makanan. Semuanya terkagum-kagum atas kemampuan Kamandhanu ini. Maharaja Viswamitra berkata kepada Rsi Vasista,
"Oh maharsi yang saya hormati, saya mengucapkan bayak terima kasih kepada sapi Anda. Mengapa harus Anda yang memiliki sapi seperti itu, yang mampu memberikan makan untuk jutaan orang hanya dengan kekuatan kemauannya saja. Hanya ada beberapa saja yang hidup di pertapaan ini, sedangkan saya sebagai raja harus memberikan makan kepada banyak orang di istana saya. Sapi ini akan sangat bermanfaat buat saya. Saya akan memberikan Anda seribu sapi yang lain sebagai pengganti sapi"
Vasistha bersabda,
"O raja, sapi ini adalah sapi yang khusus yang dikirim oleh Tuhan dari tempatnya Kebenaran. Hanya yang sudah dapat merealisasikan Brahman atau Kebenaran sajalah yang diberikan sapi seperti ini. Kalaupun Anda menukar dengan seluruh kerajaan Anda, saya tidak akan berpisah dengan dia”
Setelah permintaannya ditolak, Maharaja Visvamitra menjadi marah, dan memerintahkan kepada orang-orangnya untuk mengambil sapi secara paksa. Kamandhanu menciptakan ribuan makhluk angkasa yang membawa senjata dan bertempur dengan pasukan Maharaja Visvamitra. Dalam pertempuran itu dimenangkan oleh Rsi Vasistha. Akhirnya Maharaja Viswamitra mengakui kekalahannya, dan memohon ampun kepada Rsi Vasista dan Rsi Vasistha memaafkannya.
Maharaja Visvamitra masih tetap merasa dihina. Kemudian Maharaja Visvamitra meninggalkan istananya dan pergi ke Gunung Himalaya untuk bertapa, karena Ia ingin membalas dendam kepada Maharsi Vasistha.
Untuk mengganggu tapas Visvamitra, Indra mengutus seorang bidadari cantik bernama Menaka untuk menyanyi dan menari di hadapan Visvamitra. Menaka berhasil mengganggu tapasnya dan menarik hatinya. Visvamitra menjadi korban dari rajas (nafsu) dan hidup berbahagia dengan Menaka selama setahun di hutan, dan melahirkan seorang bayi perempuan yang mereka beri nama Sakuntala.
Akhirnya Visvamitra paham akan kekuatan maya dan pergi ke hutan lainnya dengan meninggalkan Menaka dan bayinya. Bidadari Menaka kemudian kembali ke swargaloka dengan meninggalkan bayinya di hutan. Rsi Kanva yang sedang berkelana mendengar tangis bayi Sakuntala kemudian bayi itu di bawan kepertapannya.
Kali ini Visvamitra kembali melakukan tapasnya selama beberapa tahun. Dia berdiri diatas satu kaki dengan kedua tangan yang menjulang tinggi dan semedhi atas Brahman. Dunia ketiga dicapainya melalui api yoga dari tapasnya. Indra mengirim lagi bidadari cantik bernama Rambha untuk mengganggu Visvamitra. Semedhi Visvamitra terganggu dan dia membuka matanya.
Karena ingat dengan kesalahan terdahulu, Visvamitra memutuskan untuk tidak tunduk kepada nafsu. Dia menjadi sangat marah kepada Rambha, karena dia tahu bidadari ini datang hanya untuk mengganggu tapasnya, akhirnya Rambha dikutuk supaya menjadi batu.
Kemudian Viswamitra melakukan tapas lagi di tempat yang lain yaitu di puncak Himalaya yang paling tinggi. Tapa yang dia lakukan kali ini sangat hebat, sehingga api yoga yang keluar dari mahkota kepalanya mencapai satya lokha, tempat bersemayamnya Brahma - Sang Pencipta. Brahma muncul dihadapannya dan bersabda,
”Anakku, Aku senang atas tapamu. Kamu telah mencapai yang paling tinggi. Sekarang kau sudah seorang Maharsi. Kamu akan menjadi seorang Brahmarsi ketika kamu diberkati oleh Rsi Vasistha".
Setelah berkata demikian Brahma lenyap. Rsi Visvamitra menjadi sangat menyesal. Dia tidak mau mendapat berkat dari Vasistha. Bahkan Dia berpikir kalau Vasistha masih hidup, dia tidak akan menjadi Brahmarsi. Untuk itu Visvamitra memutuskan akan membunuh Vasistha.
Pada tengah malam Visvamitra pergi ke pertapaan Vasistha sambil membawa batu besar. Dia menunggu Vasistha di pintu pertapaan yang biasa dilalui oleh Vasistha.
Vasistha bercakap-cakap dengan istrinya Arundati. Vasistha berkata kepada istrinya,
”Arundati, Visvamitra adalah orang yang demikian agung sehingga dia sudah sangat dekat untuk memperoleh status sebagai Brahmarsi, tetapi...”
Arundati berkata,
”Tetapi mengapa? Apakah Anda tidak mau memberkatinya apabila dia memang pantas untuk menjadi Brahmarsi?”
”Tentu saja aku mau, kalau dia datang kemari” jawab Vasistha.
Percakapan itu di dengar oleh Visvamitra, Setelah mendengar percakapan itu Visvamitra menjadi malu, dan membuang batunya, kemudian dia berlutut dihadapan Vasistha. Visistha bersabda kepada Visvamitra :
”Sekarang Anda sudah menjadi seorang Brahmarsi, Anda telah menunjukkan kepada dunia bahwa Anda mengalahkan nafsu, kemarahan, keterikatan, kesombongan, dan kecemburuan melalui tapasya dan meditasi. Selamat brahmarsi Visvamitra!!”
Kemudian Vasistha menyentuh pusat di antara kedua alis mata Visvamitra. Ketika disentuh oleh Vasistha mata ketiganya terbuka dan Visvamitra melihat Gayatri Mantra yang suci dengan ke tujuh "vpahrti-nya" telah diwahyukan melalui Brahmarsi Viswamitra pada waktu itu, sbb :
"Om bhuh, Om bhvah Om svah
Om mahah.
Om Janah Om tapah
Om Satyam
Om tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat
Om apo jyotih
Raso-mritam brahma
Bhur bhuvah savr-om".
Mantram Gayatri disebut pula Annapurna ’Sang Ibu Sakti’ yang melindungi dan menggerakkan kehidupan jiwa (gaya), sehingga disebut pula Chandasaam Maathat ’Ibu seluruh Weda’; karena sifatnya yang melindungi itu disebut Gayatham Thrayathe Iti Gayatri ’melindungi orang yang mengucapkannya’ (Jendra, 1991 : 27).
Bhagawan Sri Sathya Sai Baba menganggap Mantram Gayatri mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting sehingga Beliau bersabda sbb :
”Kalian boleh melupakan/lupa mantram-mantram lainnya, asalkan tidak mengabaikan Gayatri Mantram, karena Gayatri adalah Sarva Devatha Svarupini ’perwujudan semua Dewa’ (dalam Jendra, 1991 : 28).
Gayatri Mantram pertama kali tercatat dalam Ṛg Veda III.62.10, serta dijelaskan dalam pustaka-pustaka suci Hindu lainnya, baik di dalam Catur Veda, Upaniṣad, maupun kitab-kitab Smṛti.
Gayatri Mantram ini digabung di tambahkan dengan beberapa bait mantra dari Narayana Upanisad, Siva Stawa, Mahadewa Suksma maka menjadi mantram Puja Trisandya yang diwarisi sampai sekarang (Jendra, 2006 : 6-7).
Daftar Pustaka :
- Jendra, I Wayan. 1991. Kidung Suci (Bhajan), Ungkapan Bahasa Bakti yang paling efektif dan Komunikatif pada Zaman Kali. Denpasar : Sai Study Group Bali.
- Jendra, I Wayan. 1996. Variasi Bahasa, Kedudukan dan Peran Bhagawan Shri Sathya Sai Baba, dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
- Keshavadas, Sadguru Sant. 2007. Gayatri, Semedhi Mahatinggi. Cetakan keempat, Alih bahasa Agus S. Mantik. Denpasar: PT Pustaka Manik Geni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar