Sabtu, 03 September 2016

Sungai Gangga - Sungai Suci - Sungai Ajaib

        India identik dengan Hindu dan sungai Gangga. Sungai Gangga adalah sungai suci bagi umat Hindu. Dalam Hinduisme, Gangga juga disembah sebagai dewi. Sejak jaman purba terdapat keyakinan bahwa air sungai Gangga mempunyai kekuatan melebur kekotoran jasmani dan rokhani. Tidak heran jika lebih dari 400 juta orang tinggal di sepanjang sungai Gangga menggantungkan ritual mandi dan bersih-bersih pada sungai ini. (Hal ini sama dengan penyucian diri secara jasmani dan rokhani oleh orang Hindu di Bali mandi di pantai pada Bayu Pinaruh sehari setelah Saraswati).
Di dalam setiap upacara penyucian, nama Gangga, baik sebagai Dewi maupun sebagai sungai, tidak pernah absen untuk dipuja. Di dalam agama Hindu sungai Gangga ini dipercaya berasal dari air yang mengalir dari kaki dewa Wisnu (bagi pemeluk Vaisnava) atau juga merupakan rambut Dewa Shiwa (bagi pemuja Dewa Shiwa). Di Alam Dewa sungai keramat itu disebut Alakananda, di alam Pitri disebut Vaitarani. Sedangkan nama lain untuk Gangga pada umumnya adalah Bhagirathi.
          Sungai Gangga yang  panjangnya sekitar 2.525 kilometer ini mempunyai tujuh aliran anak sungai, dan masing-masing mempunyai kekuatan melebur kekotoran jasmani dan rokhani. Nama-nama ketujuh cabangnya itu, yaitu: Gangga, Yamuna, Saraswati, Vitastha, Sarayu, Gomati, dan Gandaki. Secara historis sungai Gangga merupakan sungai yang sangat penting dan dikaitkan dengan sejarah civilization yang dulunya bekas lokasi kota kuno Hardwar, Prayag, Kashi dan Patliputra. Sungai Gangga merupakan jantung kehidupan masyarakat setempat. 




Dikremasi di sungai Gangga jika meninggal merupakan cita-cita masyarakat Hindu India. Mayat dibakar sampai habis menjadi abu dan selanjutnya abu jenazah dihayutkan di sungai Gangga, (kalau di Bali dihanyutkan ke laut karena air laut bertemu dengan sungai Gangga).
Namun demikian walau sungai Gangga sebagai sungai suci,  sungai Gangga menyimpan problem khusus yaitu polusi air kategori berat.  Polusi utama sungai Gangga yang cukup memprihatinkan pemerintah setempat adalah limbah yang berasal dari industri penyamakan kulit khususnya dekat Kanpur, yang menggunakan bahan kimia dalam jumlah besar seperti Chromium dan bahan-bahan kimia lainnya yang limbahnya terbuang di sepanjang sungai Gangga. Selain limbah yang berasal dari berbagai industri diperkirakan hampir satu milyard liter setiap harinya, polusi juga berasal dari ratusan got, bangkai binatang, sisa-sisa kremasi jenazah manusia dll. Sebagian masyarakat India yang miskin tidak mampu melakukan kremasi secara sempurna, mayat dalam proses kremasi kekurangan kayu, dan karena tidak ada dana untuk membeli kekurangan kayu untuk kremasi, membuat mayat tidak terbakar secara tuntas tinggal setengah atau seperempat, dan selanjutnya mereka membuang sisa-sisa mayat begitu saja di sungai. Mayat-mayat yang tidak habis dibakar, mereka memilih menghayutkan kesungai dari pada dikubur, mengapa? Karena kepercayaan yang sangat dalam bahwa sungai Gangga juga berfungsi mensucikan jenazah dan menyucikan roh orang yang meninggal, serta airnya tidak berbau.





 Kombinasi bakteri dan masyarakat yang melakukan ritual bersih-bersih campur aduk menjadi satu, menjadikan sungai Gangga menjadi sangat khas. Sampah-sampah ini berisiko tinggi  bagi kesehatan manusia apabila mandi di sungai tersebut.  Resiko umum  misalnya terkena penyakit infeksi Bilharziasis atau jika minum air sungai akan terkena Fecal-oral route.
Walau faktanya berbagai limbah bercampur menjadi satu, namun ternyata  sungai Gangga ini  bebas bakteri maupun organisme-organisme karena sungai Gangga mempunyai kemampuan melakukan upaya pembersihan sendiri  (self purification) terhadap  polusi secara alami  sehingga menyebabkan bakteri semacam disentri dan Kolera akan mati dengan sendirinya dalam waktu yang sangat singkat. Inilah keajaiban Sungai Gangga yang menjadi kunci utama sungai Gangga.
          Di bagian Upstream dari Varanasi, sebagian besar para peziarah yang mandi sepanjang sungai menganggap air di bagian Upstream ini jauh lebih murni dan suci karena mengandung biochemical yang jauh lebih rendah. Menurut sebuah studi tahun 1983 bakteri semacam E-coli, fecal streptococci dan kolera akan mati dua atau tiga kali kebih cepat di sungai Gangga dibandingkan dengan air sungai lainnya, dan juga jika dibandingkan  air sumur di sekitar daerah tersebut.

 


 Ribuan masyarakat Hindu setiap harinya mandi di sungai Gangga. Jumlah ini akan jauh lebih banyak mencapai jutaan orang saat  upacara keagamaan yang disebut Kumbh Mela setiap tiga tahun sekali. Bagi umat Hindu di India, Kumbh Mela merupakan ritual mandi di sungai yang diangap suci. Acara itu menjadi acara pertemuan keagaaman terbesar di dunia pada musim festival sepanjang tahun.  Uniknya dari sekian juta orang yang mandi di sungai Gangga belum pernah dilaporkan ada orang yang terjangkit penyakit contagious yang menular dan juga tidak ditemukan tanda-tanda adanya penyakit kulit lainnya, dengan kata lain air keruh Gangga aman-aman saja.  Menurut berbagai penelitian pada air sungai Gangga, diketahui bahwa air sungai tersebut adalah :

Antibacterial Nature
          Pada tahun 1896, E. Hanbury Hankin (seorang ahli Fisika yang berasal dari Inggris)  setelah menguji kemurnian air sungai Gangga, beliau melaporkan sebuah report  yang ditulis di salah satu makalahnya yang dimuat di  French journal Annales de IInstitut Pasteur, bahwa ternyata Bakteri Vibrio Cholerae penyebab  penyakit kolera apabila dimasukkan di dalam air yang berasal dari sungai Gangga maka bakteri tersebut akan mati dalam waktu tiga jam saja...! Hal ini tentu sangat mengejutkan jika dibanding dengan  bakteri  yang dimasukkan di air 'biasa'  bakteri-bakteri tersebut akan mati dalam waktu 48 jam.

Anti-putrefication
          C.E. Nelson, seorang ahli Fisika British  lainnya, mencatat bahwa air yang berasal dari sungai Gangga terbukti  akan tetap segar jauh melebihi air biasa, ini dibuktikan ketika beliau mebawa air sample sungai Gangga untuk dibawa ke daratan Inggris, dan selama berhari-hari anehnya air tersebut masih dalam keadaan segar dan tidak berbau seperti halnya air biasa yang sudah berhari-hari.

Cleaning the dead
          Pada tahun 1927, Flix Herelle, seorang ahli microbiologist yang berasal dari Perancis, terheran-heran ketika suatu hari beliau berdiri di tepi sungai Gangga dan menyaksikan mayat -mayat yang mengambang dengan bebas tanpa hambatan, free as wind, lenggok-lenggok mengikuti irama air.  Diketahui kemudian itu adalah jenazah orang-orang yang meninggal karena komplikasi penyakit kolera dan desentri, lebih mengejutkan lagi ternyata saat mayat dibuang di sungai Gangga,  mayat yang diangap penuh bakteri tersebut ternyata bebas dari bakteri.
          Dengan kata lain masyarakat Hindu India selama ribuan tahun percaya bahwa sungai Gangga juga berfungsi mensucikan jenazah. Walaupun dikotori dengan bangkai kesuciannya tidak ternodai laksana bunga teratai yang tumbuh di kolam berlumpur. Walaupun airnya keruh tetapi teratai itu tetap berbunga cemerlang tak ternodai lumpur sedikit pun. 'LUAR BIASA!!!!!"










Pangeran Charles dan Camilla Ikuti Ritual Hindu di India
Pangeran Charles dan istrinya Camilla saat mengikuti upacara ritual Hindu di biara Parmarth Niketan di tepi sungai Gangga, India (6/11/2013). Ritual ini bertujuan untuk menyampaikan rasa syukur kepada Dewa-dewa (AP Photo/Altaf Qadri)

















Sumber :
Dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar