India identik dengan Hindu dan sungai Gangga. Sungai Gangga adalah
sungai suci bagi umat Hindu. Dalam Hinduisme, Gangga juga disembah sebagai dewi. Sejak jaman
purba terdapat keyakinan bahwa air sungai Gangga mempunyai kekuatan melebur kekotoran jasmani dan rokhani. Tidak heran jika lebih
dari 400 juta orang tinggal di sepanjang sungai Gangga menggantungkan ritual
mandi dan bersih-bersih pada sungai ini. (Hal ini sama dengan penyucian diri
secara jasmani dan rokhani oleh orang Hindu di Bali mandi di pantai pada Bayu Pinaruh sehari
setelah Saraswati).
Di dalam setiap upacara penyucian, nama Gangga,
baik sebagai Dewi maupun sebagai sungai, tidak pernah absen untuk dipuja. Di
dalam agama Hindu sungai Gangga ini dipercaya berasal dari air yang mengalir
dari kaki dewa Wisnu (bagi pemeluk Vaisnava) atau juga merupakan rambut Dewa Shiwa (bagi pemuja
Dewa Shiwa). Di Alam Dewa sungai keramat itu disebut Alakananda, di alam Pitri
disebut Vaitarani. Sedangkan nama lain untuk Gangga pada umumnya adalah
Bhagirathi.
Sungai Gangga
yang panjangnya sekitar 2.525 kilometer ini mempunyai tujuh aliran anak sungai, dan
masing-masing mempunyai kekuatan melebur kekotoran jasmani dan rokhani. Nama-nama ketujuh
cabangnya itu, yaitu: Gangga, Yamuna, Saraswati,
Vitastha, Sarayu, Gomati,
dan Gandaki. Secara historis sungai Gangga merupakan sungai
yang sangat penting dan dikaitkan dengan sejarah civilization yang dulunya
bekas lokasi kota kuno Hardwar, Prayag, Kashi dan Patliputra. Sungai Gangga merupakan jantung kehidupan
masyarakat setempat.
Dikremasi
di sungai Gangga jika meninggal merupakan cita-cita masyarakat Hindu India. Mayat dibakar sampai habis
menjadi abu dan selanjutnya abu jenazah dihayutkan di sungai Gangga, (kalau di Bali dihanyutkan
ke laut karena air laut bertemu dengan sungai Gangga).
Namun demikian walau sungai Gangga sebagai
sungai suci, sungai Gangga menyimpan problem khusus yaitu polusi air kategori berat.
Polusi utama sungai Gangga yang cukup memprihatinkan pemerintah setempat adalah
limbah yang berasal dari industri penyamakan kulit khususnya dekat Kanpur, yang
menggunakan bahan kimia dalam jumlah besar seperti Chromium dan bahan-bahan
kimia lainnya yang limbahnya terbuang di sepanjang sungai Gangga. Selain limbah
yang berasal dari berbagai industri diperkirakan hampir satu milyard liter
setiap harinya, polusi juga berasal dari ratusan got, bangkai binatang, sisa-sisa kremasi jenazah manusia dll. Sebagian masyarakat
India yang miskin tidak mampu melakukan kremasi secara sempurna, mayat dalam
proses kremasi kekurangan kayu, dan karena tidak ada dana untuk membeli
kekurangan kayu untuk kremasi, membuat mayat tidak terbakar secara tuntas tinggal setengah atau
seperempat, dan selanjutnya mereka membuang sisa-sisa mayat begitu saja di
sungai. Mayat-mayat yang tidak habis dibakar, mereka memilih
menghayutkan kesungai dari pada dikubur, mengapa? Karena kepercayaan yang
sangat dalam bahwa sungai Gangga juga berfungsi mensucikan jenazah dan
menyucikan roh orang yang meninggal, serta airnya tidak berbau.
Kombinasi bakteri dan masyarakat yang melakukan
ritual bersih-bersih campur aduk menjadi satu, menjadikan sungai Gangga menjadi sangat khas. Sampah-sampah
ini berisiko
tinggi bagi kesehatan manusia apabila mandi di sungai tersebut.
Resiko umum misalnya terkena penyakit infeksi Bilharziasis atau jika
minum air sungai akan terkena Fecal-oral route.
Walau faktanya berbagai limbah bercampur
menjadi satu, namun ternyata sungai Gangga ini bebas bakteri maupun
organisme-organisme karena sungai
Gangga mempunyai kemampuan melakukan upaya pembersihan
sendiri (self purification) terhadap polusi secara
alami sehingga menyebabkan bakteri semacam disentri dan Kolera akan mati dengan sendirinya dalam
waktu yang sangat singkat.
Inilah keajaiban Sungai Gangga yang
menjadi kunci utama sungai Gangga.
Di bagian
Upstream dari Varanasi, sebagian besar para peziarah yang mandi sepanjang
sungai menganggap air di bagian Upstream ini jauh lebih murni dan suci karena mengandung biochemical
yang jauh lebih rendah. Menurut sebuah studi tahun 1983 bakteri semacam E-coli,
fecal streptococci dan kolera akan mati dua atau tiga kali kebih cepat di
sungai Gangga dibandingkan dengan air sungai lainnya, dan juga jika dibandingkan air sumur di sekitar daerah tersebut.
Ribuan masyarakat Hindu setiap harinya mandi di sungai Gangga. Jumlah
ini akan jauh lebih banyak mencapai jutaan orang
saat upacara keagamaan yang disebut Kumbh Mela setiap tiga tahun sekali. Bagi umat Hindu di
India, Kumbh Mela merupakan ritual mandi di sungai yang diangap suci. Acara itu
menjadi acara pertemuan keagaaman terbesar di dunia pada musim festival
sepanjang tahun. Uniknya dari
sekian juta orang yang mandi di sungai Gangga belum pernah dilaporkan ada orang
yang terjangkit penyakit contagious yang menular dan juga tidak ditemukan
tanda-tanda adanya penyakit kulit lainnya, dengan kata lain air keruh Gangga
aman-aman saja. Menurut berbagai penelitian pada air sungai Gangga,
diketahui bahwa air sungai tersebut adalah :
Antibacterial Nature
Pada tahun 1896,
E. Hanbury Hankin (seorang ahli Fisika yang berasal dari Inggris) setelah
menguji kemurnian air sungai Gangga, beliau melaporkan sebuah report yang
ditulis di salah satu makalahnya yang dimuat di French journal Annales de
IInstitut Pasteur, bahwa ternyata Bakteri Vibrio Cholerae penyebab
penyakit kolera apabila dimasukkan di dalam air yang berasal dari sungai
Gangga maka bakteri tersebut akan mati dalam waktu tiga jam saja...! Hal ini
tentu sangat mengejutkan jika dibanding dengan bakteri yang
dimasukkan di air 'biasa' bakteri-bakteri tersebut akan mati dalam waktu
48 jam.
Anti-putrefication
C.E. Nelson,
seorang ahli Fisika British lainnya, mencatat bahwa air yang berasal dari
sungai Gangga terbukti akan tetap segar jauh melebihi air biasa, ini
dibuktikan ketika beliau mebawa air sample sungai Gangga untuk dibawa ke
daratan Inggris, dan selama berhari-hari anehnya air tersebut masih dalam
keadaan segar dan tidak berbau seperti halnya air biasa yang sudah
berhari-hari.
Cleaning the dead
Pada tahun 1927,
Flix Herelle, seorang ahli microbiologist yang berasal dari Perancis,
terheran-heran ketika suatu hari beliau berdiri di tepi sungai Gangga dan
menyaksikan mayat -mayat yang mengambang dengan bebas tanpa hambatan, free as
wind, lenggok-lenggok mengikuti irama air. Diketahui kemudian itu adalah
jenazah orang-orang yang meninggal karena komplikasi penyakit kolera dan
desentri, lebih mengejutkan lagi ternyata saat mayat dibuang di sungai
Gangga, mayat yang diangap penuh bakteri tersebut ternyata bebas dari
bakteri.
Dengan kata lain
masyarakat Hindu India selama ribuan tahun percaya bahwa sungai Gangga juga
berfungsi mensucikan jenazah. Walaupun dikotori dengan bangkai kesuciannya tidak
ternodai laksana bunga teratai yang tumbuh di kolam berlumpur. Walaupun airnya
keruh tetapi teratai itu tetap berbunga cemerlang tak ternodai lumpur sedikit
pun. 'LUAR BIASA!!!!!"
Pangeran Charles dan Camilla Ikuti Ritual Hindu di India
Pangeran Charles dan istrinya Camilla saat mengikuti upacara ritual
Hindu di biara Parmarth Niketan di tepi sungai Gangga, India (6/11/2013).
Ritual ini bertujuan untuk menyampaikan rasa syukur kepada Dewa-dewa (AP
Photo/Altaf Qadri)
Sumber :
Dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar