Manusia
sebagai makhluk sosial tidak bisa terlepas dari manusia lainnya, dan akan
selalu berinteraksi, setelah mengalami proses interaksi barulah individu tadi
dapat berkembang menjadi makhluk sosial. Individu dapat menjadi makhluk sosial
dipengaruhi oleh faktor keturunan yang dibawa sejak kelahirannya dan faktor
lingkungan termasuk teman teman bergaul.
Dalam
keyakinan Hindu (Cudamani, 1991 : 9), seseorang yang baru dilahirkan membawa
wasana karmanya masing-masing atau sisa-sisa hasil perbuatannya pada
kehidupannya yang lampau, yang tidak seluruhnya habis dinikmati. Karma wasana
itu meliputi sisa-sisa perbuatan baik (subha
karma) dan sisa-sisa perbuatan yang
tidak baik (asubha karma).
Perimbangan perbuatan baik dan buruk itu oleh umat Hindu diyakini mempengaruhi
karakter seseorang atau tiga sifat dasar yang dimiliki seseorang yaitu : sattwam, rajas dan tamas yang dikenal dengan Tri
Guna. Karakter satttwam atau satwik adalah sifat-sifat yang
bijaksana, penuh kehati-hatian, sopan santun dan beberapa sifat-sifat baik
lainnya. Sifat rajas adalah sifat
penuh napsu, enerjik, sedangkan sifat tamas
adalah sifat malas, lamban, suka tidur, kurang inisyatif. Tri Guna ini berada
dalam pikiran. pikiran mempunyai dua medan yaitu : pertama adalah medan “atas sadar”, dimana seseorang
bisa ingat akan sesuatu yang disampaikan oleh panca indra. Kedua adalah medan “bawah sadar”, di mana orang tidak lagi ingat kepada kejadian yang
pernah dialami. Bilamana informasi masuk melalui panca indra, informasi itu
dilanjutkan oleh syaraf ke otak dan diterima oleh pikiran. Pikiran “atas sadar” tanpa emosi mengirimkan informasi itu apa
adanya ke gudang ingatan “bawah sadar”.
Pikiran bawah sadar mempunyai kemampuan menimbang-nimbang (wiweka), segala masukan dari atas sadar dicocokkan
dengan arsip di bawah sadar yang ada hubungannya dengan kejadian yang sama.
Jika tanggapan dari pikiran bawah sadar ini negatif terhadap informasi yang
baru itu, maka bawah sadar akan mengirimkan reaksi negatif kepada pikiran “atas sadar”. Sebaliknya apabila bawah
sadar mengirimkan reaksi positif maka pikiran “atas sadar” akan bereaksi berwujud kenikmatan, kebahagiaan,
kesenangan, kegembiraan. Oleh karena itu ajaran agama mengajarkan agar kita
belajar mengendalikan emosi, dimana pikiran ”atas
sadar” jangan diberikan mengadakan reaksi
spontan. Reaksi apapun yang muncul dari “bawah
sadar” biarlah, karena otomatis tanpa terkendali, tetapi setelah sampai
pada pikiran atas sadar haruslah ditahan dan dikendalikan.
Faktor
lingkungan termasuk teman teman bergaul sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
mental seseorang. Titik permulaan jalan spiritual adalah satsang – berteman dengan orang-orang yang baik, saleh. Karena
pikiran itu mudah menjalar, ada pepatah sbb : “katakan kepadaKu siapa temanmu,
maka akan kukatakan kepadamu siapakah kamu sesungguhnya”. Shangkara memuji
nilai teman dan pergaulan yang saleh dengan kata-kata yang penuh semangat
sebagai berikut : “Berkawan dengan orang yang bijaksana menyebabkan timbulnya
ketidakterikatan, ketidakterikatan menyebabkan hancurnya khayal maya, hal ini
diikuti dengan tercapainya kebijaksanaan yang mantap, dan akhirnya mencapai
puncaknya dalam jivanmukti yaitu
tercapainya kebebasan pada waktu masih hidup di dunia. Karena itu, pokok
penting yang harus di ingat adalah : hanya teman-teman yang baik akan
menimbulkan pikiran yang baik dalam hati”.
Orang yang tidak patut
dijadikan teman adalah orang yang tidak menolong sahabat karibnya di dalam
keadaan darurat (Rgveda
X.117.4), orang yang mengusahakan penyakit dan kesedihan terhadap orang
lain, orang yang sangat alpa, orang yang kata-katanya bohong atau dusta, orang
yang tidak teguh kesetiasaannya, orang yang sangat bernafsu birahi, orang yang
terikat hatinya kepada minuman keras, keenam orang yang sangat keji itulah,
yang tidak patut diindahkan ((Sarascamuccaya,
325).
Bergaul dengan orang yang
jahat perbuatannya, tak dapat tidak akan ketularan oleh noda perbuatan jahatnya
(Sarascamuccaya, 326). Orang jahat
itu tiada bedanya dengan duri, ada dua obatnya ikhtiarkan agar tidak
menimbulkan bencana; caranya : jika terhadap duri, pakailah terompah, atau
hindari duri itu; akan terhadap orang jahat, usahakanlah agar ia tunduk meski
dengan susah payah, atau jauhilah akan dia (Sarascamuccaya,
328). Dan tabiat orang yang berakhlak jahat (durjana), miskipun sebesar
biji sawi dosa sang sadhu terlihat olehnya; akan tetapi mengenai noda dirinya
sendiri kendati sebesar buah maja sekalipun, yang seharusnya terlihat olehnya,
tidak tampak olehnya (Sarascamuccaya, 341).
Hendaknya setiap orang
menghindarkan dirinya bergaul dengan orang-orang tercela, dan bergaul dengan
orang-orang yang baik, bijaksana, demikian pula kebangsawanan sesungguhnya
hanya dapat diperoleh melalui amal kebajikan.
Dalam Rg Weda ada disebutkan sbb. :
”Asmanvati
riyate sam rabhadhvam,
uttisthata
pra tarata sakhayah,
atra
jahama ye asan asevah
sivan
vayam uttaremabhi vajan”. Rg veda X.53.8
Terjemahan :
Wahai teman-teman, dunia yang penuh
dengan dosa dan penuh duka ini berlalu bagaikan sebuah sungai yang alirannya
dirintangi oleh batu besar (yang dimakan oleh arus air) yang berat. Tekunlah,
bangkitlah, dan seberangilah ia. Tinggalkan persahabatan dengan orang-orang
tercela. Seberangilah sungai kehidupan untuk pencapaian kesejahteraan dan
kemakmuran (Titib 1996 : 359).
Keberadaan
seorang teman sangatlah mempengaruhi kepribadian. Ketika seseorang bergaul
dengan teman yang baik maka niscaya ia akan menjadi sosok yang baik. Namun
sebaliknya, ketika ia bergaul dengan teman yang buruk maka ia pun akan menjadi
sosok yang buruk pula. Maka dari itu kita agar selektif dalam memilih tema.
Apabila kita banyak bergaul dengan orang-orang baik tentunya banyak manfaat
yang akan kita peroleh. Diantaranya adalah kita akan mendapatkan ketentraman
hati, karena teman yang baik akan senantiasa memberikan nasihat dan motivasi
tatkala ada masalah, musibah, kegundahan dan kesedihan menimpa diri kita.
Mereka juga tidak segan-segan untuk mengingatkan kita ketika kita terjatuh
dalam kesalahan. “Bergaullah dengan orang-orang yang baik, niscaya engkau akan
menjadi seorang yang baik, selamat”, (namun) cobalah sehari saja engkau bergaul
dengan orang-orang yang jelek (jahat), maka niscaya engkau akan menyesal
(selamanya).”
--------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar